Powered By Blogger

Sabtu, 22 Juni 2013

KERAK DUSTA



KERAK DUSTA
Bila duka dalam harap tak terkira
Hanya lara menggores luka didada
Tanpa batas kian membara
Hanyut dalam amarah tak terkira
Ingin diri ini menghancurkan dunia

Bila emosi membelah jiwa
Menghentak dada mengoyak raga
Terhimpit kelam bayang dalam dusta
Tak ada harapan terhampar kian sirna
Masih kah engkau berharap ada cinta

Bila jiwa terkoyak kian nestapa
Rayunan manis dari mulud berbisa
Walau engkau ucapkan sejuta cinta
Semua hanya kalimat penjerat belaka
Masihkah engkauselalu berdusta

Janji setia yang kau berikan dalam hikmah kata
Bagai embun menetes penyejuk dahaga
Walau akhirnya semua hanya kalimat dusta
Masihkah kau janjikan aku fatamorgana
Atau engkau berharap tergilas dalam alam maya.

Kini asa telah Tiada
Bagai biduk membelah raga
Tak lagi pupus jiwa walau engkau tiada
Hanya siksa rasa selalu tinggal ratap dahaga
Menanti dalam tangis bergayut dalam jiwa
Hanya kerak dusta yang kini tersisa

Sabtu, 04 Mei 2013

TINGGAL PENYESALAN

TINGGAL PENYESALAN
engkau memang bukan milikku
engkau memang hanya merayu
engkau memang seorang peniipu
dan kau brgitu tidak hanya padaku

kau memang sejak dulu selalu begitu
kau memang sejak dulu kemayu
kau memang sejak dulu suka merayu
kau memang sejak dulu suka menipu
kau memang sejak dulu gak punya malu
dan semua orang sudah tahu siapa kamu

sekarang kamu di jauhi teman
sekarang kamu tak lagi menawan
sekarang kamu bagaikan mainan
sekarang kamu jadi bulan-bulanan
sekarang kamu tinggal penyesalan
dan sekarang kamu kayak orang edan

ingat kamu segala perbuatanmu
ingat kamu akan adzab tuhanmu
ingat kamu sudah dekat waktumu

besok kamu banyak rintangan
besok kamu disiksa tuhan
besok kamu di neraka jahannam

BAGAI SURGA

BAGAI SURGA
kerak rasa tak lagi tersisa
dalam lamunan yang tak pernah sirna
hanya bayangan menghantui mata
tidakkah ini hanya maya

walau sadar ini sandiwara
dalam denyut permainan cinta
tapi mengapa rasa selalu meronta
dan hati selalu bertanya

buaian asmara dalam kata tertata
tak kan sirna termakan masa
hinggap dekap dalam dada
membuat diri tak kuasa

duhai sang pujangga cinta
pesona kata bagai panah asmara
membelah jiwa menggores rasa
seakan dalam surga

MUNAFIK

MUNAFIK
engkau memang hebat dalam berbicara
engkau memang hebat dalam mempengaruhi masa
engkau memang hebat dalam menyusun rencana
dan engkau memang hebat untuk bersandiwara

banyak orang tidak tahu siapa dirimu
banyak orang tak mengerti asal-usulmu
banyak orang kagum dengan gayamu
dan banyak orang kau tipu dengan janjimu

disaat engkau datang mengenalkan dirimu
engkau katakan asal usulmu
engkau bercerita pengalaman hidupmu
engkau bercerita maksud dan tujuanmu
seakan engkau seorang pengampu
berjanji mensejahterakan pendukungmu

kini engkau selalu membisu
tak lagi peduli pada pendukungmu
apalagi memenuhi janjimu
seakan semua sudah berlalu

MASIHKAH ADA HARAPAN



MASIHKAH ADA HARAPAN
Detak lonceng memecahkan keheningan malam
Ditengah galau fikiran yang tak kunjung redam
Mengenang tatapan sang rupawan
Dalam bayangan menghias lamunan

Jam telah menunjukkan tengah malam
Engkau hadir bagaikan bidadari dari kahyangan
Seakan tak lagi pergi menghilang
Walau hanya  lamunanam

Detak lonceng mengingatkan waktu malam
Kegundahan semakin dalam
Akankah waktu akan terulang
kebahagiaan yang pernah hilang
Dalam kehidupan yang mendatang
atau hanya sekedar impian

Masihkah ada setitik harapan
Kehadiran sang rupawan telah merubah alam fikiran
Seakan menjanjikan sebuah kebahagiaan
Dalam tatapan mata yang penuh ketulusan

Sejarah cinta penuh rintangan
Tak pernah lepas dari cobaan godaan dan tantangan
Dalam membangun sebuah kebahagiaan
Akankah kini hadir sebuah harapan
Dalam perjalanan cinta yang telah usang