Powered By Blogger

Selasa, 19 Maret 2013

PEMARAH

PEMARAH
Engkau manusia pemarah
Kebiasaanmu tak pernah berubah
Selalu membikin ulah
Kegemaranmu  membuat orang menjadi susah

Di usiamu yang semakin bertambah
engkau semakin parah
Tak hentinya kau ucapkan sumpah sarapah
Tak pernah merasa lelah

Wahai sang Pemarah
Mengapa engkau mudah naik darah
Apakah engkau memang anak jadah
Yang tak lagi mengenal akidah
Yang terlahir dari perbuatan zinah

TAK ADA LAGI KEBENARAN

TAK ADA LAGI KEBENARAN
Bualan kata selalu kau perdengarkan
Tiada henti seakan bagian kehidupan
Dari seluruh media yang engkau sajikan
Hanya janji-janji yang terlontarkan

Tidakkah engkau sadar
Dalam pundakmu mengemban amanah besar
Tapi mengapa engkau tak pernah merasa gusar
Dalam sikap dan kesombongan seakan hanya kelakar
Tak salah jika orang menganggap engkau kurang ajarr

Kebohongan demi kebohongan selalu kau pertontonkan
Tanpa malu seakan menjadikan kebudayaan
Entah sampai kapan ini akan kau lakukan
Atau sengaja engkau wariskan

Kejujuran merupakan menu yang hambar
Tak lagi  mempunyai  nilai tawar
Bahkan kau jauhkan bagai penyakit menular
Bila perlu kau biarkan hingga terlantar

Akakan engkau sadar sebuah kenyataan
Bahwa Pelakuanmu merupakaan kehinaan
Tak ada lagi kebenaran
dibalik Kemewahan dalam kepalsuan
Dari kebenaran yang engkau nistakan

Minggu, 17 Maret 2013

PENGKHIANATAN



PENGKHIANATAN
Kegelapan semakin kelam 
tak lagi menemukan jalan 
seakan lorong berwarna hitam
tak setitik sinarpun menjadi penerang

Dalam langkah tertatih mencari jalan
Hanya suara hati sebagai tongkat penerang
tak henti suara jerit tangis selalu terngiang 
akankah aku harus pulang

Goresan luka masih menyisakan kepedihan
Melekat dalam pelupuk mata kejadian semalam
Tak menyangka akan terjadi perselingkuhan
Begeitu tega kau hancurkan kepercayaan

Pedih pilu takkan mudah menghilang
Dalam tatapan mata kian benderang
Disaat engkau sedang berpelukkan
Dengan seorang lelaki jalang

Entah apa yang harus aku lakukan
Rasa gontai tak lagi mampu memikirkan
Apalagi mengambil keputusan
Hanya keajaiban Tuhan yang diharapkan

PECUNDANG SANG PENGUASA

PECUNDANG SANG PENGUASA
Bila  ilalang tumbuh dalam kebun bunga
Tak terhindarkan bagai rimba belantara
Hilang musnah pesona yang ada
Bagai seorang wanita tanpa busana

Bila pecundang bertindak sebagai penguasa
Tiada hal yang terkira dalam menata Negara
Semua diukur dengan harta
Walaupun harus dengan cara melaksanakan tipu daya

Kekuasaan baginya adalah sebagai wahana
Dalam melaksanakan tipu daya mengumpulkan harta
Seakan semua milik dia
Tak lagi berfikir nasib rakyat jelata

Kemiskinan dan kesengsaraan merajalela
Seakan tak lagi hidup dalam sebuah Negara
Segala kehidupan diukur dengan harta
Tak adalagi keadilan dimanan-mana

Jangan Lagi Ilalang Tumbuh di kebun Bunga
Jangan lagi pedagang bertindak jadi Penguasa
Jangan Lagi memilih terpengaruh harta
Ikutilah hati nurani dengan membuka mata