Powered By Blogger

Senin, 14 Januari 2013



TAK PERNAH ADA JAWABAN
Engkau wanita cantik
Gaya dan penampilan yg menarik
Dengan keindahan bulu mata yang lentik
Membuat banyak Pria yang simpatik

Namun dibalik penampilan yang menarik
Tak membayangkan sebegitu unik
Dalam kehidupan yang sungguh eksentrik
Seakan engkau hidup dizaman megasonik

Mulanya berharap kebenaran
Namun akhirnya harus sempoyongan
Menerima sebuah kenyataan
Hingga muncul sebuah pertanyaan
Masihkah diri ini mampu bertahan

Hanya angan yang mengembang
Seakan tak menemukan jawaban
Karena terbungkus rasa sayang
Kenyataan bukan menjadi rintangan
Namun hati ini selalu dibayangi keraguan
Hingga muncul dibenak sebuah pertanyaan
Menuntut adanya sebuah ke
pastian
Bukan hanya sekedar impian
Yang selama ini kau berikan
Hingga dalam diri selalu timbul pertanyaan
Apakah hanya sekedar perselingkuhan
Atau sekedar kepuasan
Tak pernah ada jawaban


SEKEPING RECEHAN
Ratap pilu memecah kesunyian
Sayup-sayup terdengar suara rintihan
Seakan hendak berkata kebencian
Tak kuasa menahan penderitaan
Perjuangan hidup di kota metropolitan
Yang tak lagi mengenal belas kasian

Kejamnya hidup dalam kemelaratan
Tak mampu menjangkau kebutuhan
Walau sekedar untuk mencukupi pangan
Apalagi aneka sandang
Hanya keluhan yang dia rasakan

Disela kemelaratan DIUJUNG JALAN
tak jauh dari tembok pembatas HALAMAN
Gemerlapnya lampu bagai diwaktu siang
Berpestapora menghabiskan waktu malam
Beragam sajian terhidangkan
Dan tersia-siakan karena tak termakan

Oh Tuhan
Dimanakah keadilan yang kau janjikan
Hukuman apa yang telah kau timpakan
tak kuasa harus menengadahkan tangan
Hanya tuk mendapatkan SEKEPING RECEHAN
Tuk sekedar bertahan dari kelaparan
Entah sampai kapan harus demikian
Hidup dalam bayang kemiskinan

Minggu, 13 Januari 2013

KEBEBASAN
Awan membara mengelupas rona
Tak ada peneduh dalam penyejuk dahaga
Menghempas ruah membanting raga
Seakan segalanya menjadi bara

Bahasa penghantar kata tiada iba
Kemerdekaan tercabik karena asmara
Lunglai raga berkehendak nyata
Hanya curiga membabi buta

Akankah hilang hak berbicara
Bila diri dilanda asmara
Rekah merekah menghantam cita
Mungkin lebih baik sebatang kara

Emosi terkikis kepercayaan sirna
Bak burung kehilangan sayap nakhoda
Terbang melambung tak tahu arah tiba
Hanya karena cinta membelenggu jiwa

terbanting sudah patri membekas luka
tak akan sirna walau terobati nestapa
Belenggu jiwa sunyi sebatang kara
Karena tertimpa asmara penjerat raga
Hilang sudah KEBEBASAN bertutur kata
JERAT ASMARA
Mula kehancuran sebuah harapan
Dalam jejak kehidupan yg akan datang
Tak pernah terbayang menjadi berantakan
Disaat gejolak menjelang usia matang
Hanya ratapan kini selalu terngiang

Waktu kini kian berlalu
Janji yang masih tercatat dibuku sampul biru
Sebuah harapan tuk menggapai hidup baru
Dengan sentuhan kasih dan curahan rindu
Seperti kehidupan bagai seorang ratu

Kata demi kata tak pernah mudah terlupakan
Engkau minta agar tetap dibukukan
Sebagai janji dari sang kesatria tampan
Untuk dijadikan bukti akan kesetiaan
Dalam perwujudan mahligai kehidupan

Jerat asmara membelenggu jiwa
tak lagi diri mampu membuka mata
Impian lamunan ataukah fatamorgana
Hanya bayangan wajahmu kian mempesona
Seakan hidup dalam bayang maya
Walau sadar engkau sudah ada yang punya
Namun diri ini ingin berbagi rasa
Tak lagi mengenal batas etika dan dosa

Namun waktu telah menguji rasa
Kehormatan terkoyak tak lagi ada
Hanya nista yang selalu melekat di dada
Dalam bayang gelap wanita yang ternoda
Tak lagi punya makna hidup di dunia

Kamis, 10 Januari 2013

YANG TERSISA
Dalam pergimu
Dalam langkahmu
Dalam bayang tak tersapu
Dalam benak menjerit kelu
Dalam kesendirianku
Dalam Harapanku
Angan dan bayangmu
Selalu bersemayan dilubuk hatiku
Kini kau dalam jelajah asa
Seakan ingin membelah dunia
Hanya mencari kepuasan jiwa
Yang bersemayam didalam dada

Seakan ingin membasuh dahaga
Menggetarkan seluruh raga
Hingga kau berkelana
Walau berpantang kata

Lamunan tak kan pernah sirna
Kau tinggalkan bayangan membara
Kau bisikan kata pesona
Tertoreh dalam aura asmara
Menghias rasa seakan nyata
Akankah segera tiba
tuk menghias USIA yang tersisa
Diusia yang tak lagi muda


MASIHKAH ADA JANJI
Bila khayalku telah terbuai
Tanpa hadirmu terasa terobati
Harap dan pilu kini telah berhenti
Masihkah ada RASA pada diri ini

Entah sampai kapan engkau kan bernyanyi
Menyuarakan rintihan dan jerit hati
Seakaan hendak memotong Urat nadi
Walau tahu semua tak akan terjadi

Kenyataan dan janji yang tak tertepati
masih saja tak mau mengakui
Seakan engkau cinta mati
Walau sekedar permainan kata puisi

Duhai sang penghancur jelajah tak terperi
Bilakah engkau kan mengakhiri
Permainan jiwa dalam kesedihan ini
Hingga banyak yang tersakiti
MANUSIA BIASA
Aku manusia biasa
Suka menikmati kehidupan dunia
Tanpa memilah dosa atau pahala
Yang penting bersuka cita

Aku manusia biasa
Yang sering berbuat dosa
Entah sengaja atau tak sengaja
Dalam menggapai kesenangan dunia

Aku manusia biasa
Banyak hal yang aku suka
Terutama harta dan wanita
Selalu menggoda nafsu belaka

Aku manusia biasa
Tak sanggup hidup sengsara
Tapi aku juga takut akan NERAKA
Namun masih sering berbuat dosa

Dan aku manusia bisa
Tak bisa membedakan dosa dan pahala
Butuh bimbingan dan pengetahuan agama
Agar kelak tidak masuk NERAKA

BELENGGU
Dalam Anganku Masih Ada Bayangmu
Tak Pernah Sirna Walau Sedetik Waktu
Selalu Menemani Dalam Sepiku
Harapku Ingin Selalu Bersamamu

Tapi Kini Engkau Jauh Membisu
Dalam Sikapmu Seakan Membeku
Ataukah Ada Pengganti Hidupku
Yang Engkau Tak Lagi Ingat Akan Diriku

Sedih Pilu Meruak Jelajah Kalbu
Tak Seingat Dalam Rasa Sembilu
Dikala Kita Masih Selalu Bercumbu Rayu
Akhirkah Dalam Langkah Yang Dulu

Pahit Pilu Dalam Sembilu Rasa Empedu
Tergores Dalam Bayang Langkah Kelu
Entah Apa Yang Engkau Membuat Begitu
Seakan Diriku Membuatmu Malu

Duhai Kekasih Pujaan Kalbu
Bila Memang Tak Ada Lagi Rasa Rindu
Katakan... Jangan Engkau Membelenggu
Akupun Akan Berlalu Tak Mengganggumu
Walau Berat Rasa Mengoyak Kalbu

TRAGEDI
Dalam perjuangan menggapai keberuntungan
tanpa bekal pengalaman apalagi pengetahuan
hanya bermodal keberanian dan kenekatan
terus melangkah  dengan penuh harapan
Walau hati selalu dirundung keraguan
demi mewujudkan impian

Dalam suatu malam ditengah perjalanan
di sudut terminal disebuah bangku panjang
dengan mata memandang jauh menerawang
tanpa tahu arah dan tujuan yang dimaksudkan
hanya ada rasa bimbang dan kekhawatiran
hingga membuat diri gemetaran

disaat kegelisahan semakin meradang
tiba-
tiba dikejutkan sapaan seorang pria tampan
menawarkan pertolongan dan sebuah pekerjaan
dengan gaya yang menawan dan meyakinkan
hingga diri ini tak lagi menjadi bimbang

hari hari sangat terlewati dengan menyenangkan
perhatian dan sapaan dari wajah tampan
seakan diri ini sedang dalam kahyangan
tak terfikir apa yang akan terjadi kemudian

Tak lama kemudian
Prahara kehidupan menghancurkan masa depan
Betapa diri ini bagai binatang
Tak lagi mampu menapak kehidupan mendatang

Masih ingat dalam ingatan
di suatu malam ditengah pesta kemewahan
tanpa sadar diri ini telah termabukkan
Sentuhan dan rayuan membuat diri tak tersadarkan
Hingga terbuai dalam dekapan lelaki hidung belang
Tergeletak dalam sebuah ruang berhiaskan kemewahan
Tanpa disadari diri ini bagai hewan

sekian bulan berlalu tanpa ada harapan
malang melintang dalam kehidupan malam
terlampaui tiada menemukan ketenangan
hanya pengalaman yang tak bisa dibanggakan
apalagi diturunkan kepada generasi mendatan
kini hanya tersisa penyesalan yang mendalam
akibat kenekatan tanpa pengetahuan
BURAM
Kelam - semakin kelam
Tenggelam dalam bayang kenangan
Tak lagi datang walau dalam lamunan
Jauh - jauh dan jauh menghilang
Sirna sudah tak mungkin datang
Apalagi sebuah harapan

Bisikan manis yang engkau ucapkan
Disaat kita duduk diteras depan
Membuat diri ini melayang-layang
Selalu terngiang dalam ingatan


YANG KAU JANJIKAN

hari-hari telah terlewatkan
Dikala kita dalam buai kasih sayang
Sentuhan mesra sungguh menggetarkan
Walau berakhir dengan perbuatan jalang
Tak pernah terucap kata penyesalan

Setahun telah terlewatkan
Disaat kandungan berusia tujuh bulan
Kau campakkan tanpa ada penjelasan
Seakan diri ini bagai binatang jalang
Tak pernah lagi engkau datang

Kini tinggal penyesalan
Menatap masa depan seakan BURAM
Yang selalu menghantui di setiap malam
Akibat perbuatan yang DIMURKAI TUHAN
SERAT AKSARA
Serat aksara tertata penuh pesona
Indah menawan menggetarkan jiwa
Siapapun yang membaca akan terkesima
Dalam rajut kasih asmara sang Pujangga

Serat aksara melukiskan rasa
Anak manusia yang lagi jatuh cinta
Tak lagi mengenal akan dosa atau pahala
Dalam dada hanya ada nafsu semata

Serat aksara kian penuh makna
Dalam buai kata penuh pesona
Bak sang pujangga sedang bertutur kata
Penggambaran jiwa yang sedang jatuh cinta

Serat aksara kini membuat petaka
Dalam gerai kegelapan akan menahan rasa
Gelora asamara yang kian merontya
Tak lagi hanya dalam tutur bahasa

Serat aksara pemicu perbuatan nista
Dalam diri anak manusia
Tak lagi mengenal batas etika dan dosa
Menjerat anak manusia berbuat durhaka
NAFSU DAHAGA
Bila bahagia singgah didada
Ingin segera berbagi suka
Dengan sang arjuna tercinta
Agar turut merasakan jua
Walau dia sudah berkeluarga
Tak merubah niat tuk bersua

Dihari ceria penuh pesona
Mengingatkan kala berkalang dosa
Tatkala sedang memadu cinta
Dalam gairah tak terkira
Ingin selalu berjumpa tak peduli siapa
Hanya nafsu dahaga yang ada
Menari - nari dalam benak raga
Tuk mengulang bercinta dengannya

Kini gairah kian menggelora
Semangat hati sungguh tak terkira
Ingin segera memburu dan mendekapnya
Menemui hasrat yang menggema
Tak lagi mampu mengendalikanya
Walau sadar ini perbuatan nista
Tapi diri tak berdaya
Ingin selalu mengulangnya.
BAGAI DAHAGA DI PADANG SAHARA
YANG TAK PERNAH ADA PUASNYA

Rabu, 09 Januari 2013

 SIRNA
Disaat kita bersama
Disaat merajut kasih asmara
Disaat kita penuh canda tawa
Disaat hati bahagia
Seakan dunia bagai sorga

Disaat tak ada lagi cinta

Disaat tak ada lagi kata mesra
Disaat tak ada lagi canda tawa
dan tak akan ada lagi bahagia

Maka semua tak ada guna

Diri kian merana
Jiwa semakin tersiksa
Hidup bagai di penjara
DAN SEMUA SEAKAN SIRNA

MENGHITUNG HARI
Hari-hari kian terasa sepi
Tak ada yang menemani
Seakan hidup tak lagi berarti
Entah mengapa bisa menjadi begini
Disaat diri membutuhkan sandaran hati

Sepi kian menyelimuti hati
Tak percaya ini benar-benar terjadi
Tanpa ada pesan kesan yang berarti
Engkau tinggalkan seakan tak peduli lagi

Sepi kian menyayat hati
Entah sampai kapan harus begini
Masihkah engkau akan kembali
Bila harus sabar menanti
ku ksan sabar walau harus menghitung hari
ADZAB TUHAN
Bila hidup tak mengenal aturan
segalanya akan dilakukan
tak pernah menghiraukan larangan
hanya nafsu yang selalu didahulukan
dalam dirinya selalu terbelenggu angan
hanya ingin memuaskan nafsu setan

Hari-hari yang telah terlewatkan
Hanya kenikmatan yang didahulukan
Walau harus dengan melanggar aturan Tuhan
Tak pernah terlintas akan ancaman
demi tercapainya kepuasan

Kini hanya tersisa penyesalan
Ketika kehidupan tak lagi mampu bertahan
Akan segala kerentanan yang menggerogoti badan
mungkin badai besar yang harus dirasakan
tak ada lagi yang bisa meringankan
Segala penyakit telah bersarang
Tak lagi mampu menahan penderitaan
Barangkali ini yang disebut azab Tuhan


TERLANJUR SAYANG
Deru ombak menyapu awan
Gemuruh riuh bak gelombang
Menyapu harapan yang kau impikan
Tak lagi menjadi kenyataan
Badai gemelegar membelah alam
Menghentak lamunan ditengah malam
Kala mengenang tautan masa depan
Terajut bagai sebuah petualang
Yang tiada akan pernah datang
Karena engkau berikan penghianatan
Dalam buai penuh kasih saying
Tanpa engkau menghiraukan
Betapa sedih engkau nistakan

Kini jerat pilu menyesakkan angan
Kau buat diri ini melayang-layang
Janji yang pernah kau ucapkan
Tak kan pernah terlaksanakan
Namun diri masih mengharapkan
Kasih sayang tak pernah hilang
Walau kau torehkan mata pedang
Karena hati sudah terlanjur sayang
Kepada dirimu seorang


SEPI
Sejak lambaian tangan dalam kepergianmu
Tak pernah ada lagi kabar berita darimu
Entah apa yang ada dalam benak kalbumu
Seakaan tak ada lagi kesan apalagi rasa rindu

Awal kita berjumpa
Tak mengira diri ini jatuh cinta
Semua berjalan tak ada yang istimewa
Hanya namamu yang terasa selalu lekat didada

Entah mengapa diri ini selalu rindu
Tanpa sadar terucap namamu dengan syahdu
Menambah rasa pilu dalam menahan rindu
Mungkinkah engkau ada harap bertemu.
RENUNGAN
 Derap langkah tida henti
Mengais rejeki dimuka bumi
Entah apa yang tersirat dalam hati
Tak pernah tertulis dalam buku memori

Hari demi hari terlalui
Tanpa terasa tahun telah berganti
Seakan sekedar putaran alami
Yang selalu datang silih berganti
Tak pernah ingat akan karunia Ilahi

Diawal tahun ini
Saat yang tepat tuk mengevaluasi
Terhadap apa yang telah dijalani
Bertanya dalam diri dan jiwa ini
Apakah termasuk orang yang merugi
Atau mencelakakan diri
YANG TAHU HANYA DIRI SENDIRI


 
MUNGKINKAH TUK MEMILIKI
Didalam kesendirian nan sepi
Didalam kebimbangan tak bertepi
Dan galau hati tiada henti
Entah apa yang membuat diri sunyi
Tak kusadari jari jemari bergerak sendiri
Menari diatas keyboard laptop ini
Mengikuti kegundahan diri
Tertata bahasa hati bak puisi

Wajah cantik membayangi
Tersenyum bak sang bidadari
Menggugah imajinasi seakan dalam mimpi
Hingga terwujud kata puisi yang indah ini

Engkaulah yang selama ini kunanti
Jawaban dalam lamunan silih berganti
Hanya bayangmu selalu memikat hati
Mungkinkah diri ini kan bisa memiliki.


SENJA

Senja tak bisa ditahan
Tak akan terulang dimasa mendatang

Tak lagi mengenal waktu kebelakang
Hanya kenangan atau sesal yang ditinggalkan

Senja kini merangkak kedepan
Kian dekat akhir dari masa kehidupan
Dalam kenikmatan atau cobaan yang diberikan
Semua terjadi seakan siklus alam

Senja menghampiri semua insan
Dalam kehidupan yang jarang diperhitungkan
Seakan berjalan bak siklus perjalanan zaman
Tak terasa berapa usia yang tersia-siakan

Senja bagian dari peringatan
Pertanda akan berakhirnya kehidupan
Meninggalkan dunia menghadap Tuhan
Mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan

dan
JANGAN PERNAH MENYESAL APA YANG TELAH KAU PERBUATKAN

TAPI MENYESALLAH KARENA KAU TIDAK PERNAH BERBUATKAN
 KARENA HIDUP ADALAH PERBUATAN


CURAHAN RINDU
Biarkan aku memelukmu
Biarkan aku melepas rinduku
Biarkan aku berdesah nafas untukmu
Dan biarkan aku melepas dahaga kasihku
Dalam diri ini hanya ada kamu
Dalam diri ini hanya ada bayang wajahmu
Dalam diri ini tak pernah lepas cinta kasihmu
Dan dalam diri ini tak kuasa menahan rindu

Kalau engkau hanya milikku
Jangan biarkan sesak nafas didadaku
Sambutlah derai kasih sayang untukmu
Jangan kau sia-siakan kehadiranku

Memang waktu telah berlalu
Tak akan kembali walau kau kan menunggu
Namun kenangan kasih rindu kian menggebu
Ingin aku merajut kisah kasih seperti dahulu

Masihkah ada harap darimu
Rajut kasih yang pernah tercentang kelabu
Dalam sisa perjalanan yang kian tak menentu
MENANTI WAKTU DALAM CURAHAN RINDUKU
SAKIT HATI

Awan kelabu mengiringi langkah kaki
Tak tahu entah apa yang akan terjadi
Tanpa ada kabar dari sang belenggu hati
Terpaksa kini harus pergi menghampiri

Lorong-lorong gelap telah kususuri
Tak tahu kemana aku harus mencari
Tak lagi berfikir tentang harga diri
Demi menemui sang belenggu hati

Namun apa yang kutemui
Seonggok daging hidup bernama lelaki
Yang tak lagi memiliki nurani
Walau tahu akan kehadiran diri ini
Pergi meningggalkan tanpa ada basa basi

Perjalanan ini telah mematri harga diri
Tak ada lagi janji-janji tuk menemui
Walau engkau bersimpuh disudut kaki
Karena diri ini terlanjur SAKIT HAT
TERCAMPAKKAN
Awal perjumpan di penghujung jalan
Kau berikan sapaan yang menyejukkan
Merajut harapan menata masa depan
Seakan menjanjikan kenyataan
Janji-janji yang engkau ucapkan
Dalam setiap desire pergumulan
Meluluh lantakkan keimanan
tak lagi mampu menahan batas kekuatan
Hanyut dalam bisikan permainan setan

Dalam bait kata yang kau tinggalkan
Mengerang harap bagai pesakitan
Seakan tak ada lagi persaingan
Kehadiran yang selalu engkau harapkan
Tuk menumpahkan nafsu hewan

Kini semua telah engkau campakkan
tak ada lagi yang perlu dipertahankan
Tanpa harus menghargai perasaan
Bagaikan seekor binatang piaraan
Terhempas tanpa ada belas kasihan
SERINAI ASMARA
Dalam anganku hanya sandiwara
Mencari kawan sebanyak disuka
Semata hanya untuk bergembira
Walau kadang tebar pesona
Tak tersirat menjerat asmara

Dunia maya membuat terlena
Banyak waktu yang telah sirna
Tak jua menghasilkan karya nyata
Hanya membuahkan lamunan belaka

Tak terasa seakan baru saja
Walau telah sekian lama
Awalnya hanya biasa saja
Tak pernah berfikir jatuh cinta
Namun kini jerat mulai terasa

Kegundahan merengguh jiwa
Menghentak raga selalu bercanda
Walau hanya sekedar dilayar kaca
Dalam SERINAI PERMAIANAN ASMARA
TAK MENGERTI
Tiga tahun telah berlalu
Tak ada lagi kabar britamu
Sejak melepas kepergianmu
Masih setia menunggumu

Hari-hari yang kulewati
Benar-benar terasa sepi
Hanya berteman bayangan mimpi
Entah sampai kapan akan tetap begini

Janji yang kau ucapakan padaku
Akan selalu bekhabar setiap waktu
Sebagai pengganti hadirmu
Agar aku tak lagi ragu

Namun kini apa yang terjadi
Tak sepatah katapun kau kabari
Seakan hanyut di telan bumi
Sampai kapan sabar menanti

Diri ini benar-benar sepi
Tak ada lagi yang perlu dinanti
Haruskah mencari pengganti
AKU TIDAK MENGERTI
TAK SECANTIK PARASMU
Malam minggu yang lalu
Disaat pesta ulang tahunmu
Nampak senyum manis dibibirmu
Hingga kini masih menghiasi dikalbu

Malam minggu kini telah menunggu
Kubuka lembaran berkas undanganmu
Kubaca nama tertera dalam undangan itu
Tertegun sejenak membaca namamu

Memang apa arti sebuah nama itu
Namun diri ini masih mencari tahu
Karena terasa aneh ditelingaku
Tak sepadan dengan wajah ayumu

SUNA adalah namamu
Entah apa makna nama itu
Kubuka kamus untuk mencari tahu
Tapi tak kutemui makna nama itu

Suna sang gadis ayu
Aku tetap jatuh cinta padamu
Haruskah kuganti namamu
KAREN NAMAMU TAK SECANTIK PARASMU

Selasa, 08 Januari 2013


PANGERAN HATI
Dalam angan yang berkembang
Entah apa yang kurasakan
Tak mungkin tergambarkan
Walau segudang kertas telah tertuliskan
Tak kan pernah bisa terlukiskan
Kebahagian yang telah kau berikan
Dalam mengarungi mahligai kehidupan

Awal sebuah perjumpaan
Kau hadir sebagai pria Tampan
Tanpa ada janji-janji yang kau ucapkan
Semua berjalan seakan bimbingan tangan Tuhan
Yang memang dihantarkan untuk merajut masa depan
Tuk membangun mahligai kehidupan

Sejak engkau mengucap janji pernikahan
Bumipun berguncang 
Mendengarkan kesaksian
Dari lisan seorang Pria tampan
Yang mengucap janji kesetian dalam kehidupan
Dengan seorang wanita pilihan

Sepuluh  tahun  telah terlewatkan
Tak pernah ada rasa jemu apalagi bosan
Hanya kebahagiaan yang engkau siramkan
Bagai kehidupan yang aku khayalkan
Tak pernah engkau mengabaikan

Duhai sang Pangeran pembimbing kehidupan
Engkaulah tambatan hati dan perasaaan
Dalam kehidupan dulu kini dan yang akan datang
Engkau senantiasa memberikan kebahagiaan
Dengan sentuhan kasih dalam iman
Seakan diri ini hidup di negeri kahyangan
CINTA ANAK ZAMAN
Cinta dizaman dahulu
Mulud membisu hati membeku
Taka ada kata cemburu
Walau sedang di madu

Cinta dizaman kini
Selalu menangnya sendiri
Hari ini mengikat janji
Esok atau lusa bercerai

Disana sini di zaman ini
Banyak anak istri terbengkelai
Karena kesenangan Pribadi
Hingga menjadikan lupa diri

Cinta diakhir zaman
Tingkahnya banyak seperti hewan
Berganti-ganti pasangan tanpa beban
Hanya nafsu yang dikedepankan
Hidup hanya mencari kesenangan
Tak pernah memikirkan keturunan

PERMAINAN SETAN
Ketika Jiwa terkoyak dusta
Getar cintapun seakan hampa
Dalam langkah yang tak bermakna
Hanya kebencian yang menggelora

Kata manis yang kau ucapkan
Meluluh lantakkan nilai iman
Hingga berkubang kemaksiatan
Tak ubahnya prilaku binatang
Selalu mengikuti permainan setan

Janji terakhir yang kau ucapkan
Disaat mengerang harap kenikmatan
Seakan tak ada lagi persaingan
Dalam curahan kasih penghabisan
Kau buat diri ini mabuk kepayang

Kini semua kau campakkan
Tak ada lagi yang pertahankan
Tanpa harus menghargai perasaan
Walau diri ini sudah banyak berkorban
Kau tinggalkan bagai seekor binatang
DEWI PEMBUKA HATI
Kini mentari telah bersinar kembali
Seakan mengerti apa yang sedang terjadi
Menghias alam menghentak rasa sunyi
Mengiringi diri yang sedang jatuh hati

Setelah semalam silih berganti
Dalam curahan rasa bersama berhias rasa sunyi
Terbuai mimpi bersama sang bidadari
Walau sekedar dalam buai bayang mimpi

Itulah keindahan dimalam ini
Bak seorang yang sedang jatuh hati
Dan memang tak dapat dipungkiri
Bila hati dilanda asmara tak terhindari
Dengan seorang Dewi bagai sang Bidadari
Tanpa disadari membuat diri ini selalu menanti

Oh Dewi asmara yang telah membelah dada
Kau curahkan rasa membuat diri ini ceria
Seakan engkau tahu bila sedang dirundung duka
Kini hadirmu telah menghapus segal;a nestapa



 

TERCAMPAKKAN
Awal jumpa di penghujung jalan
Kau berikan sapaan yang menyejukkan
Merajut harapan menata masa depan
Seakan menjanjikan kenyataan

Janji-janji yang engkau ucapkan
Dalam setiap desire pergumulan
Meluluh lantakkan keimanan
tak lagi mampu menahan batas kekuatan
Hanyut dalam bisikan permainan setan

Dalam bait kata yang kau tinggalkan
Mengerang harap bagai pesakitan
Seakan tak ada lagi persaingan
Kehadiran yang selalu engkau harapkan
Tuk menumpahkan nafsu hewan

Kini semua telah engkau campakkan
tak ada lagi yang perlu dipertahankan
Tanpa harus menghargai perasaan
 Terhempas tanpa ada belas kasihan
Bagaikan seekor binatang piaraan


 
 



WASPADA
Dalam angan yang masih tersisa
Seakan dunia hendak berkata
Engkau tak ubahnya boneka
Dalam permainan asmara cinta

Tidakkah engkau merasa
Hanya untuk main-main saja
Tak terbesit sedetikpun rasa cinta
Hanya raga butuh nafsu belaka

Bila saatnya tiba
Engkau akan berkata
Dalam suara yang penuh iba
Seakan dirimu merasa hina

Karenanya kita harus WASPADA
Terhadap rayuan mulut berbisa
Dari pria yang baru berjumpa
Agar hidupmu tidak sengsara

KEPALSUAN
Dalam angan yang berkembang
Mengenang beberapa kejadian
Gaya kehidupan dizaman sekarang
Banyak mengandalkan wajah tampan
Dalam memikat hati perempuan

Tutur kata yang menawan
Bergaya bak orang berpendidikan
Seakan manusia terpandang
Padahal hanya anak jalanan

Entah sampai kapan demikian
Bila saatnya akan datang penyesalan
Ketika tak ada lagi yang diandalkan
Wajah tampan sudah berantakan
Masihkah mampu hidup dalam KEPALSUAN

Sadarlah selagi ada kesempatan
Bertobat kepada keharibaan Tuhan
Berjanji selalu mengikuti aturan Iman
Menapak sisa kehidupan kedepan
Agar selamat dihari Pembalasan

Senin, 07 Januari 2013

 

SURAT DARI ALAM BARZAH

Wahai Bangsaku
Dengarlah suara hatimu
Ingatlah perjuangan pahlawanmu
Dalam menegakkan negaramu
Demi martabat bangsamu

Wahai Bangsaku
Jangan engkau sia-siakan jerih pahlawanmu
Berjuang hanya demi negara
Berjuang hanya demi Bangsa
Berjuang tak harap imbal jasa
Berjuang tak pernah putus asa
Demi martabat bangsa
YakniBangsa Indonesia

Wahai Bangsaku
Kuwariskan bangsa dan negara padamu
jaga keutuhan Negaramu
Jangan ternoda hanya demi ambisimu
Jangan terberai karena kelalaianmu
Jangan terpecahkan karena egoismu
Jangan pernah terabaikan karena kebodohanmu
Dan jangan tersia-siakan karena kemalasanmu
Berpegang teguh pada janji leluhurmu
Ke-Bhinekaan tapi tetap bersatu

Wahai Bangsaku
Dengar dan sadarlah wahai bangsaku
Nun jauh dialam barzah aku menyaksikanmu
Jerit tangisku tak tertahan engkau tak mendengar
Suara pilu tersekat nun jauh dialam sana

Wahai Bangsaku
jaga Keutuhan Negara dan Bangsa
Sadarkah……….….!
Betapa banyak darah yang tertumpahkan ?
Betapa banyak jiwa yang terkorbankan.?
Hanya demi berdirinya sebuah Negara
Hanya demi tegaknya Bangsa
Hanya demi Martabat kita dimata dunia
Renungkanlah

Wahai Bangsaku
Masalah demi masalah engkau ciptakan
Tak pernah engkau selesaikan
Bahkan engkau lupakan
Hanya untuk kebanggaan dan kejayaan
yang engkau kedepankan
Saran dan kritik engkau abaikan
Tanpa ada penyelesaian

Wahai Bangsaku
Kini negeri ini penuh misteri
Masalah demi masalah silih berganti
Dari Partai sampai Korupsi
Seakan tiada pernah henti
Hari demi hari kian menjadi
Tak kan pernah ada solusi
Akankah terus begini tak ada lagi cara damai
Akankah terus begini atau memang harus begini
Akankah terus begini demi kepentingan diri
Akankah terus begini sampai akhir nanti 
Seakan negeri ini menjadi negeri Misteri


JANJI
Hari ini Galau hati menyelimuti diri
Entah apa yang terjadi tak kusadari
Degub jantung terasa menyesakkan hati
Seakan beban hati yang tak pernah henti

Hari ini bila mengingat semua yang terjadi
Seakan tak pernah bisa terpungkiri
Bila membuat rasa kesal dalam diri
Mungkinkah hari ini akan terlalui

Hari berganti tanpa henti
Dalam derap langkah yang terjadi
Suka duka datang dilih berganti
Tanpa ada catatan tersedniri
Semua berlalu seakan tak termemori

Kegelisahan hari ini
Awal dari kesadaran hati
Bila selama ini telah tanpa ada koreksi
Berbagai sisi kehidupan yang banyak merugi
Yang harus terlalui walau dengan sesak hati

Bila hari ini sudah begini
Sebagai koreksi dalam perlakuan pribadi
Esok lusa akankah terulang kembali
Atau memang merupakan tradisi dalam hidup ini
Mungkinkah akan dapat memenuhi pangilan jiwa ini

Hari ini aku berjanji
Untuk menjadi insan yang berbaik budi
Tuk memulai kehidupan yang berarti
Meninggalkan janji-janji yang tak terobati
Agar hidup ini menjadi berarti
Dalam menyambut datangnya hari nan suci.
ASMARA DUNIA MAYA
Mata hati terpejam melihat sang Juwita
Andai bisa diungkap dalam kata bahasa
Rasa yang kini sedang bersarang didada
I-ndah bagai hembusan angin sorga
Akankah mampu menggapai menggapai cintanya

Kisah asmara yang tumbuh didunia maya
Antara dua anak manusia yang lagi jatuh cinta
Riang gembira selalu bersarang didada
Entahlah apa yang sedang dalam fikiran mereka
Nun jauh disana engkaulah sang juwita pembawa lentera
Galau hati pun kini tak lagi ada
Kebahagiaan yang selalu bersarang dalam jiwa
Entahlah semua tanpa ada rencana
Nama itu tiba-tiba bersarang dalam Cita
Gundah gulanapun kini berganti bahagia
Walau hanya sebatas di dunia Maya

TAK GALAU LAGI
Malam pun bersahabat dalam kesejukan rasa
Akankah seindah harapan yang ada
Rasa Indah yang kini bersarang didada
Ingin ku genggam erat walau hanya sementara
Akankah mampu diriku tuk memiliki dia

Kisah hidup dikala usia Remaja
Antara dua anak manusia yang dimabuk cinta
Riang gembira selalu menyertai nya
Entahlah apa yang sedang dalam fikiran mereka
Nun jauh disana engkaulah sang juwita pembawa lentera
Galau hati pun kini tak lagi ada
Kebahagiaan yang selalu bersarang dalam jiwa
Entahlah semua tanpa ada rencana
Nama itu tiba-tiba bersarang dalam Jiwa
Galau hatipun kini telah sirna
LAMUNAN ASMARA
Dimalam yang ceria
Dibulan itu aku berjumpa dengannya
Walau hanya sekedar lewat dunia Maya
Hati ini tersasa berbunga entah mengapa
Yang jelas rasa suka dan bahagia
Seakan mendapatkan hadiah yang tak terhingga
Sebuah pandangan sejuk nan membuat rasa Bahagia
Itulah hadirnya seorang jelita yang nun jauh disana
selalu menggugah ingatan bersamanya
Seakan tak hentinya dalam memadu asmara
Mungkinkah dia demikian pula adanya

Oh sang juwita penambat asmara
Kau telah menanmbat hati seakan tak terkira
Bumi pun tak bisa berkata apa-apa
Seakan tahu makna yang tersimpan dalam rasa
Ingin selalu memandang wajahnya
Mungkinkah akan selalu menjadi milik bersama
Atau barang kali engkau hanya sebuah fatamorgana
Tak lagi nyata seperti gambar yang ada
Secantik pandangan mata bagi para pria
Yang tak pernah sirna dalam lamunan asmara
Selalu ingin bersAma walau sekedar berbagi cerita
Tertulis dalam kata mesra dilayar kaca

MALAM MELANTERA
Bila malam telah tiba
Saat-saat sepi bayangan belai asmara
Seakan menghantui rasa dan dahaga
Hanya ada dalam bayang angan saja

Entah sampai kapan harus menahannya
Sedang engkau jauh di ujung dunia
Hanya dalam lamunan yang bisa kurasa
Bahwa engkaupun demikian adanya

Bila saatnya akan tiba
Akankah belai kasih asmara
Seindah dalam bayang dan lamunan tak terkira
Atau sebaliknya berlalu tanpa ada rasa

Malam kini telah semakin melantara
Hanya nestapa membayangkan kehadiran sang juwita
Entah sampai kapan belantara asa akan tiba
Doaku semoga dia yang disana
Akan selalu ingat diri ini tanpa terlupa
BIDADARI DI SEBERANG
Deru ombak menyapu awan
Gemuruh riuh bagai gelombang lautan
Menyapu harapan yang kau impikan
Walau harus di negeri seberang

Badai gemelegar membelah alam
Menghentak lamunan ditengah malam
Kala mengenang tautan masa depan
Seakan hanya sebuah petualang
Yang tak akan pernah datang
Karena hanya menebarkan harapan
Dalam buaian penuh kasih sayang
 
Jerat pilu kian menyesakkan angan
Kau buat diri ini melayang-layang
Janji yang pernah kau ucapkan
Tak kan pernah terlupakan

Kini kasih sayang kian meradang
Menuntut kehadiran seseorang
Tak kan pernah merasa lekang
Karena hati sudah terlanjur sayang
Hanya kepada dirimu seorang
Wahai bidadari yang kini di seberang
Bilakah engkau datang mewujudkan impian

BILA HATI TELAH MATI
Bila waktu tak lagi berarti
Walau kenyataan engkau selalu peduli
Tak kuasa tuk membuka diri
Bayangan kelabu saat terkhianati
Hingga kini terpatri dalam sanubari

Bukannya tak percaya cinta suci
Yang telah kau berikan selama ini
namun dalam memori yang terpatri
selalu hadir dalam mimpi-mimpi

Maafkan diri ini bila tak memberi arti
Apalagi peduli pada cinta yang suci
Tak akan ada dalam hidup ini
Walau sampai akhir hayat nanti

Esok lusa atau suatu hari
Tak akan ada cinta dalam hati
Jangan pernah berharap tuk terjadi
Walauu engkau selalu peduli
Karena hati ini telah mati

KAU TAK SEPERTI DULU
Dahulu awall kita bertemu
Aku mengenalmu dengan senyuman itu
Tak pernah terlupakan walau sudah sewindu
Terbayang selalu disetiap menjelang tidurku
Indah merekah bagai senyuman sang ratu

Beberapa minggu yang lalu saat kita bertemu
Dalam sebuah acara pesta ulang tahunmu
Kuperhatikan senyuman yang indah dahulu
kucoba bayangkan keindahan masa lalu
Tuk menggugah asmara yang pernah singgah dikalbu
Namun tak jua hinggap rasa seperti kala itu
Bayangmu terhempas bagai tersiram bola salju
Tak lagi mampu menggetarkan kalbu

Sewindu tak terasa waktu telah berlalu
Banyak perubahan yang terjadi dengan gayamu
Tak lagi mengenalmu seperti ketika itu
Entah mengapa engkau bisa begitu
Atau aku yang tidak mau tahu tentang hidupku
Barangkali aku masih masih seperti dahulu
Melihat dandananmu bagiku adalah hal yang tabu
JERAT kasih SEMU
Embun pagi bagai hamparan salju
Menemani buai kasih bak kemanten baru
Tak terentas bagai selimut warna ungu
Lambang kasih cinta yang semu

tergores pilu awal terpikat olehmu
Dalam puisi cinta melalui handphoneku
Yang selalu kau kirim disetiap waktu
Seakan hanya merindukan kasihku

ungkapan kalbu menggores rasa pilu
Derai kata syahdu mengikis rasa jemu
Terhanyut dalam bahasa syahdu
Kini dalam jiwa tumbuh rasa rindu

Jerat-jerat kasih yang kau lepas itu
bagai anak panah menerobos dinding kalbu
Membekas luka dalam derita rindu
Seakan engkau tahu cara mengunci kalbu
Dari jiwa yang terkikis rasa jemu
kAU JANJIKAN JERAT KASIH SEMU

Kini hanya tersisa derita kelabu
Sejak kau hempas beberapa waktu lalu
Hanya penyesalan yang menemaniku
Dari jeratan cinta yang palsu
KERAK DUSTA
Bila duka dalam harap tak terkira
Hanya lara yg kian terasa menggores luka
Tanpa batas bagai pedang menghunus jiwa
Seakan diri hanyut dalam belantara

Bila emosi terbelenggu beku bagai salju
Menghentak raga menggores jiwa
Terhimpit kelam bayang dalam pilu
Tiada harapan terhampar seakan sirna

Masih kah engkau berharap sentuhan kata
Bila jiwa terkoyak diri kian nestapa
Masihkah engkau mampu berbicara
Bila semangat dalam asa telah terkubur dusta

Janji setia yang kau berikan dalam hikmah kata
Bagai embun yang menetes menyejukkan dahaga
Masihkah kau janjikan aku fatamorgana
Atau engkau berharap tergilas dalam alam maya.

Kini asa telah Tiada
Bagai biduk membelah raga
Tak lagi pupus jiwa walau engkau tiada
Hanya siksa rasa selalu tinggal ratap dahaga
Menanti dalam tangis bergayut dalam jiwa
Hanya kerak dusta yang kini tersisa